Demokrasi = kolektivisme
Namun ini justru apa yang akan kita lakukan dalam buku ini: berbicara menentang Tuhan Demokrasi, terutama demokrasi parlementer nasional. Pengambilan keputusan secara demokratis bermanfaat dalam beberapa situasi, seperti di komunitas kecil atau di dalam organisasi. Tapi demokrasi parlementer nasional, yang dimiliki hampir semua negara barat, memiliki kelemahan jauh lebih banyak daripada keuntungannya. Kami berpendapat bahwa demokrasi parlementer, adalah tidak adil, menyebabkan birokrasi (cara kerja yang lama karena banyaknya peraturan) dan segalanya menjadi tersendat, mengurangi kebebasan, kemandirian dan keberanian berusaha, dan pasti akan mengarah pada pertentangan, campur tangan pemerintah, kelambanan dan pengeluaran pemerintah yang boros. Dan bukan karena politisi tertentu gagal dalam pekerjaan mereka - atau karena partai yang salah berkuasa - tetapi karena seperti itulah bagaimana sistem demokrasi bekerja.
Ciri khas demokrasi adalah 'rakyat' memutuskan bagaimana masyarakat harus diatur. Dengan kata lain, kita semua 'bersama-sama' memutuskan segala sesuatu yang menjadi perhatian kita. Seberapa tinggi pajak seharusnya, berapa banyak uang yang akan dibutuhkan untuk perawatan anak dan lansia, pada usia berapa kita diperbolehkan untuk minum minuman beralkohol, berapa banyak jumlah pensiun yang harus dibayar pengusaha kepada karyawan mereka, apa yang harus dicantumkan pada label produk, apa yang harus dipelajari anak-anak di sekolah, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk bantuan pembangunan negara miskin atau energi ramah lingkungan atau pada pendidikan olahraga atau untuk orkestra, bagaimana seorang pemilik restoran harus menjalankan restorannya dan apakah tamunya diperbolehkan untuk merokok, bagaimana rumah harus dibangun, bagaimana tinggi tingkat suku bunga seharusnya, berapa banyak uang yang harus beredar dalam perekonomian, apakah bank harus diselamatkan dengan uang pembayar pajak jika mereka hampir bangkrut, siapa yang diizinkan untuk menyebut dirinya dokter, siapa yang diperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit, apakah seseorang diperbolehkan untuk mengakhiri hidupnya ketika mereka lelah dengan kehidupan, dan apabila dan ketika apa kita akan berperang. Dalam demokrasi, 'rakyat' diharapkan untuk memutuskan semua hal ini - dan ribuan hal lainnya.
Dengan demikian, demokrasi menurut definisinya adalah sebuah sistem kolektif. Ini adalah sosialisme secara diam-diam. Ide dasar di balik demokrasi adalah bahwa sangat diperlukan dan tepat apabila semua keputusan penting yang mengatur bentuk fisik, sosial dan ekonomi masyarakat diambil secara kolektif oleh rakyat. Dan rakyat memberikan kewenangan kepada wakil-wakil mereka di parlemen (dewan perwakilan rakyat) - dengan kata lain, pemerintah - untuk mengambil keputusan ini untuk mereka. Dengan kata lain, dalam demokrasi seluruh komponen masyarakat diarahkan Negara/pemerintah.
Maka jelas menyesatkan untuk menegaskan bahwa demokrasi adalah, entah bagaimana, puncak dari evolusi politik umat manusia. Itu hanyalah propaganda untuk menyamarkan bahwa demokrasi mewakili orientasi politik yang sangat spesifik. Yang mana sebenarnya memang ada banyak pilihan alternatif yang masuk akal.
Salah satu pilihan alternatif adalah liberalisme yang berarti kebebasan - dalam arti kata sesungguhnya (yang memiliki makna yang berbeda dari liberalisme sebagai kata yang populer digunakan di Amerika Serikat saat ini). Tidak sulit untuk melihat bahwa kebebasan adalah tidak sama dengan demokrasi. Pertimbangkan ini: apakah kita memutuskan secara demokratis berapa banyak uang yang dapat dihabiskan setiap orang untuk membeli pakaian? Atau di mana kita harus berbelanja? Jelas tidak. Setiap orang memutuskan hal tersebut untuk dirinya sendiri. Dan kebebasan memilih ini berfungsi dengan baik. Jadi mengapa dikatakan lebih baik jika semua hal lain yang mempengaruhi kita – dari perawatan kesehatan kita, tempat kita bekerja, pensiun kita, perdagangan kaki lima dan restoran yang kita sukai – diputuskan secara demokratis?
Bahkan, bukankah fakta ini - bahwa kita sesungguhnya memutuskan segala sesuatu secara demokratis, tetapi hampir semua masalah ekonomi dan sosial dikendalikan oleh atau melalui negara - adalah penyebab dari banyaknya hal yang salah dalam masyarakat kita? Bahwa birokrasi, campur tangan pemerintah, parasitisme, kejahatan, korupsi, pengangguran, inflasi, standar pendidikan yang rendah, dan sebagainya, bukan karena kurangnya demokrasi, melainkan disebabkan oleh demokrasi? Bahwa mereka merupakan akibat dari demokrasi seperti toko-toko yang kosong dan mobil Trabant (mobil kualitas jelek di Jerman Timur pada masa komunis) merupakan akibat komunisme?
Itulah yang kami harapkan dapat kami tunjukkan kepada Anda dalam buku ini.
Buku ini dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama kami membahas iman kita kepada Tuhan Demokrasi parlementer. Seperti agama, demokrasi memiliki seperangkat kepercayaan - dogma yang diterima setiap orang sebagai kebenaran yang tak terbantahkan. Kami akan menunjukkannya dalam bentuk 13 mitos populer tentang demokrasi.
Pada bagian kedua kami menggambarkan konsekuensi praktis dari sistem demokrasi. Kami mencoba untuk menunjukkan mengapa demokrasi pasti akan mengarah pada kelambanan dan apa yang membuatnya tidak efisien dan tidak adil.
Pada bagian ketiga, kami menguraikan alternatif bagi demokrasi, yatu sistem politik yang berdasarkan penentuan nasib sendiri secara individu, bercirikan desentralisasi, pemerintahan daerah dan keragaman.
Meskipun kami mengkritisi sistem demokrasi nasional saat ini, kami optimis dengan masa depan. Salah satu alasan mengapa banyak orang pesimis adalah mereka merasa bahwa sistem yang ada saat ini tidak beranjak kemana-mana, tetapi mereka tidak bisa membayangkan sistem alternatif yang menarik. Mereka tahu bahwa pemerintah mengontrol sebagian besar hal dalam kehidupan mereka, tetapi mereka tidak bisa mengontrol pemerintah. Satu-satunya sistem alternatif yang bisa mereka bayangkan merupakan bentuk kediktatoran, misalnya 'model Cina' atau beberapa bentuk nasionalisme atau fundamentalisme.
Tapi di situlah mereka keliru. Demokrasi tidak berarti kebebasan. Demokrasi juga merupakan sebuah jenis kediktatoran - kediktatoran kaum mayoritas dan Negara. Demokrasi juga tidak sama artinya dengan keadilan, kesetaraan, solidaritas, atau perdamaian.
Demokrasi merupakan sebuah sistem yang diperkenalkan di kebanyakan negara-negara barat sekitar 150 tahun yang lalu, karena berbagai alasan, terutama untuk mencapai ide-ide sosialis dalam masyarakat liberal. Apapun alasannya pada waktu itu, sekarang tidak ada alasan yang baik untuk mempertahankan demokrasi parlementer nasional. Demokrasi sudah tidak berfungsi. Sekarang waktunya untuk cita-cita politik yang baru, di mana produktivitas dan solidaritas tidak diselenggarakan atas dasar kediktatoran demokratik, namun adalah hasil dari hubungan sukarela antara orang-orang. Kami berharap untuk meyakinkan pembaca bahwa kemungkinan untuk mewujudkan ide ini lebih besar dari yang banyak orang hari ini mungkin bayangkan - dan layak untuk diupayakan.