Tersedia dalam bahasa-bahasa berikut ini:
English edition Dutch edition German edition Polish edition Italian edition Brazilian edition French edition Serbian edition Swedish edition Indonesian edition Ukrainian edition Spanish edition Albanian edition Hungarian edition Macedonian edition Slovenian edition Chinese edition Russian edition Finnish edition Slovak edition
"Sudah membacanya. Luar biasa. Hebat. Selamat."
Hans-Hermann Hoppe, penulis 'Demokrasi: Tuhan yang Gagal'

Kata pengantar

Oleh Frank Karsten



Kelihatannya mungkin tidak masuk akal atau bahkan gila untuk mengkritik demokrasi dengan kuat seperti yang kami lakukan di dalam buku ini. Setelah keruntuhan komunisme demokrasi dielu-elukan sebagai alternatif yang tepat. Di seluruh dunia orang-orang yang tertindas merindukan kebebasan dan demokrasi, jadi siapa yang berani berbicara menentang hal itu?

Meskipun kami dengan tegas mengkritik demokrasi, hanya ada sedikit alasan untuk tersinggung atau khawatir. Karena kami tidak ingin menahan demokrasi dari rakyat, rakyat harus bebas untuk hidup dalam sistem politik apa pun yang mereka inginkan. Kami tidak mengklaim bahwa demokrasi lebih buruk atau lebih baik dari kediktatoran atau bahwa masalah yang kami jelaskan dalam buku ini eksklusif untuk demokrasi. Namun, kami menjelaskan masalah yang melekat di demokrasi parlementer dan kami menjelaskan mengapa prinsip-prinsip dan dinamika sistem politik yang sangat dipuji ini tidak mengarah pada hasil yang diinginkan.

Saat ini kita dapat melihat krisis yang muncul di banyak negara-negara demokrasi, paling jelas di Amerika Serikat, Yunani, dan Spanyol. Masalah-masalah ini tidak pernah dikaitkan dengan sistem demokrasi itu sendiri, melainkan kepada pasar bebas, kurangnya demokrasi, bankir yang serakah, atau politisi yang curang.

Seperti kebanyakan orang, saya dulu juga memiliki kepercayaan terhadap demokrasi parlementer. Tapi itu adalah lima belas tahun yang lalu. Pada waktu itu, saya benar-benar hanya sedikit mengetahui tentang hal itu, tetapi dengan keyakinan yang kuat bagaimanapun. Seperti kebanyakan dari kita, saya diberitahu - melalui sistem pendidikan, media, dan politisi-politisi kita - bahwa demokrasi adalah sesuatu yang harus dihargai dan dikembangkang, bahwa tidak ada alternatif yang masuk akal. Tapi setelah mempelajari dan merenungkan sistem demokrasi itu, saya mencapai pengertian yang berbeda.

Banyak orang masih percaya bahwa demokrasi adalah sama dengan kebebasan. Dan banyak orang yang mencintai kebebasan individu masih percaya bahwa jalan yang tepat untuk mencapai lebih banyak kebebasan adalah jalan yang melalui proses demokrasi. Banyak kritikus demokrasi yakin bahwa demokrasi perlu diperbaiki tetapi mereka tidak menemukan masalah fundamental pada prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri. Buku kami membantah gagasan tersebut.

Demokrasi merupakan kebalikan dari kebebasan – yang lekat pada proses demokrasi adalah bahwa ia cenderung ke arah mengurangi kebebasan bukannya menambah - dan demokrasi bukanlah sesuatu yang harus diperbaiki. Demokrasi adalah sistem kolektif yang sudah rusak secara permanen, seperti sosialisme.

Ide-ide yang melawan pendapat-pendapat kebanyakan orang ini cukup unik, bahkan pada skala dunia. Profesor Hans-Hermann Hoppe, yang lahir di Jerman, telah menulis sebuah buku akademis tentang hal itu yang berjudul “Demokrasi: Tuhan Yang Gagal” (“Democracy: The God that Failed”) dan beberapa artikel lain tentang subjek ini juga telah ditulis. Tapi setahu kami belum ada buku yang mudah untuk dibaca, yang terstruktur, dan yang dengan singkat, padat, dan jelas menunjukkan kelemahan yang melekat di demokrasi dan dinamikanya dari perspektif yang mencintai kebebasan individu, yang libertarian.

Buku kami ditulis untuk orang biasa. Waktunya tepat sekali karena sekarang banyak demokrasi sedang mengalami masalah-masalah sosial dan ekonomi dan semakin banyak orang mencari penjelasannya dan solusinya. Mungkin Anda juga kecewa dengan politisi Anda dan berharap untuk yang lebih baik. Buku ini menjelaskan mengapa Anda tidak perlu menyalahkan mereka melainkan sistem demokrasi itu sendiri. Jangan menyalahkan para pemain, salahkan permainannya. Daripada menganggap politisi dengan serius, lebih baik Anda mengejek mereka. Ini akan melemahkan legitimasi dan kekuasaan mereka. Sistem demokrasi secara otomatis melahirkan politisi yang selalu menjanjikan lebih dari apa yang bisa mereka berikan, karena politisi yang paling menjanjikan adalah politisi yang akan terpilih. Jadi mengapa menyalahkan mereka? Dan karena politisi demokratis tahu mereka hanya akan berkuasa sementara, mereka akan menyebar uang, menaikkan pajak dengan berlebihan, dan meminjamkan dengan berlebihan, karena mereka mengetahui bahwa penerus merekalah (atau, lebih tepatnya, generasi masa depan) akan harus membayar tagihannya. Dan uang yang mereka habiskan bukan uang mereka tapi uang orang lain. Jadi mengapa Anda berharap sebaliknya? Apakah Anda akan berperilaku dengan baik di DPR jika Anda diberikan kesempatan untuk menjadi seorang politikus? Saya meragukannya.

Sepuluh tahun yang lalu saya kecewa dengan politik dan sering mengalami frustrasi karenanya. Waktu itu, saya berpikir bahwa saya harus berperan secara aktif di dalam politik untuk mengubah keadaannya menjadi lebih baik. Kini saya telah menyadari bahwa saya tidak perlu melakukan apa-apa melainkan menunjukkan kelemahan-kelemahan sistem demokrasi, mengolok-olok politisi, dan tidak mengharapkan apa-apa yang baik dari mereka. Penulis terkenal George Orwell pernah berkata, "Setiap lelucon adalah sebuah revolusi kecil." Humor memang dianggap ikut bertanggung jawab atas jatuhnya komunisme Soviet. Ini memperlihatkan absurditas politik dan merendahkan status politisi. Jadi, tertawalah yang baik tentang politisi Anda, itu akan jauh lebih baik bagi kesehatan Anda daripada frustrasi. Mereka adalah ‘kaisar tanpa busana’: janji-janji mereka adalah palsu dan solusi-solusi mereka tidak akan berhasil. Solusi politisi demokratis Anda selalu terdiri dari menyarankan kepada Anda bahwa Anda harus memberi mereka uang dan kekuasaan yang lebih banyak, tidak peduli seberapa sering mereka telah gagal.

Wawasan-wawasan tentang demokrasi yang telah saya peroleh dengan menulis tentang demokrasi telah memberi saya lebih banyak ketenangan pikiran. Politik dan politisi tidak mengecewakan saya lagi. Saya membagi ide-ide dalam buku ini dengan harapan bahwa mereka akan memiliki efek yang sama pada Anda.