Tersedia dalam bahasa-bahasa berikut ini:
English edition Dutch edition German edition Polish edition Italian edition Brazilian edition French edition Serbian edition Swedish edition Indonesian edition Ukrainian edition Spanish edition Albanian edition Hungarian edition Macedonian edition Slovenian edition Chinese edition Russian edition Finnish edition Slovak edition
"Sudah membacanya. Luar biasa. Hebat. Selamat."
Hans-Hermann Hoppe, penulis 'Demokrasi: Tuhan yang Gagal'

Sebuah masa depan yang cerah

Dalam banyak hal, masa depan terlihat cerah. Umat manusia telah mengumpulkan pengetahuan yang luar biasa dan kapasitas produksi yang besar - lebih dari cukup untuk menciptakan kemakmuran bagi semua orang di dunia.

Sebagai tambahan, setelah runtuhnya rezim fasis dan komunis yang penuh dengan pertumpahan darah di abad ke-20, seperti di Uni-Soviet, Cina dan beberapa negara lainnya, ada kecenderungan di seluruh dunia untuk adanya lebih banyak kebebasan. Sekelompok besar orang telah mendapatkan lebih banyak kebebasan personal dan ekonomi, menuju kepada kemakmuran dan kesejahteraan. Yang lainnya berdiri dan berjuang melawan kediktatoran dan menuntut lebih banyak kebebasan. Tidak ada alasan mengapa kecenderungan ini tidak akan terus berlanjut.

Mungkin sulit untuk membayangkan adanya kehidupan tanpa Negara Demokrasi, tapi perubahan radikal yang sama telah terjadi di masa lampau. Seperti yang ditulis Linda dan Morris Tannehill dalam buku anti-demokratik Libertarian klasik mereka, ‘Pasar untuk Kebebasan’ (‘The Market For Liberty’, 1970): “Bayangkan seorang hamba pada sistem feodal, secara hukum terikat kepada tanah di mana ia dilahirkan dan posisi sosial di mana ia dilahirkan, bekerja membanting tulang dari matahari terbit hingga terbenam dengan peralatan primitif untuk mencari nafkah yang nantinya harus dibagi kepada tuan pemilik tanahnya, mentalnya terjerat dengan ketakutan dan takhayul. Bayangkan untuk mencoba memberi tahu hamba ini akan struktur sosial di Amerika pada abad ke-20. Anda mungkin akan sangat sulit untuk meyakinkannya bahwa struktur sosial seperti itu benar-benar ada, karena ia memandang apapun yang Anda kemukakan dari sudut pandangnya yang sesuai dengan pengetahuannya mengenai masyarakat pada saat itu. Ia akan berkata kepada anda, tanpa ragu dan bahkan cenderung bangga, bahwa kecuali setiap individu terlahir kedalam komunitas dengan posisi sosial yang spesifik dan permanen, akan terjadi kekacauan dalam masyarakat. Sama halnya, memberi tahu seseorang dari abad ke-20 bahwa pemerintah adalah jahat, dan maka dari itu, tidak diperlukan, dan bahwa kita akan memiliki kehidupan masyarakat yang lebih baik tanpa adanya pemerintah, ia tentu akan merasa tidak percaya …. terutama apabila orang tersebut tidak biasa berpikir mandiri. Akan selalu sulit untuk membayangkan bagaimana bentuk masyarakat yang berbeda dari yang kita miliki, bisa bekerja, dan terutama sebuah masyarakat yang lebih maju. Ini karena kita sudah begitu terbiasa dengan struktur sosial yang kita miliki sehingga kita cenderung menilai setiap unsur dari bentuk masyarakat yang lebih maju, berdasarkan sudut pandang kita saat ini, sehingga mengaburkan gambaran masyarakat lebih maju, menjadi tidak berarti.”

Kita percaya bahwa negara-nasional dan demokrasi dengan masyarakat yang lebih maju adalah fenomena abad ke-20, bukan abad ke-21. Jalan menuju otonomi dan pemberdayaan akan terus berlanjut tetapi bukan melalui demokrasi yang besar. Semuanya akan menuju kepada desentralisasi dan pengorganisiran orang dalam unit administrasi yang lebih kecil, yang diciptakan oleh mereka sendiri.

Beberapa orang mungkin akan berargumen kalau kebanyakan orang tidak mampu hidup bebas. Bahwa mereka tidak memiliki tanggung jawab atau keinginan untuk hidup mandiri. Bahwa mereka harus diatur oleh pemerintah untuk kebaikan mereka sendiri. Tetapi ini argumen serupa dengan yang digunakan untuk melawan penghapusan perbudakan atau emansipasi kaum perempuan. Perbudakan tidak boleh dihapuskan karena katanya orang kulit hitam tidak akan bisa mengatur dirinya sendiri - dan lagipula, kebanyakan malahan tidak ingin bebas. Perempuan tidak seharusnya memiliki hak yang setara, begitulah dikatakan, karena mereka tidak bisa membiayai kehidupannya sendiri dan menghadapi segala kebutuhan untuk hidup mandiri. Tetapi kenyataan membuktikan yang sebaliknya. Dan akan sama halnya ketika negara demokrasi yang serba menjaga dan ikut campur dihapuskan. Orang-orang akan terbukti bisa mengurus dirinya sendiri ketika mereka diberikan kesempatan. Tentu saja mereka tidak akan memilih untuk hidup sendirian, tetapi akan turut serta berorganisasi dalam kelompok yang mereka pilih, di perusahaan dan perkantoran, klub-klub, serikat pekerja, asosiasi, kelompok kepentingan khusus, komunitas dan keluarga.

Bila terlepas dari tekanan birokrasi dan peraturan kaum mayoritas demokrasi, maka orang akan membawa perubahan kepada dunia dengan cara yang tidak bisa kita ramalkan sekarang. Seperti Linda dan Morris Tannehill mengatakan: “Banyak dari kondisi-kondisi merugikan yang dianggap biasa oleh rakyat saat ini akan berubah menjadi kondisi sangat berbeda pada masyarakat yang benar-benar bebas dari pemerintah. Perbedaan ini akan banyak muncul dari sebuah pasar yang merdeka dari cekikan tangan pemerintah - baik sosialis maupun fasis - dan karenanya mampu memproduksi sebuah ekonomi yang sehat dan perbaikan standar kehidupan yang lebih tinggi untuk semua orang.

Inilah saatnya orang-orang bangun dari tidurnya dan melihat fakta di mana demokrasi tidak mengarah kepada kebebasan ataupun otonomi. Demokrasi itu tidak menyelesaikan masalah dan tidak mendorong produktivitas dan kreativitas. Bahkan sebaliknya. Demokrasi membuat permusuhan dan pembatasan. Aspek terpusat dan kompulsif (terpaksa) dalam demokrasi berujung pada kekacauan yang terorganisir, sedangkan kebebasan individu dan dinamisme pasar yang bebas membawa ketertiban dengan sendirinya dan kemakmuran.

Untuk dirinya sendiri, orange lebih memilih kebebasan dari paksaan. Mereka lebih suka punya pilihan langsung di pasar bebas daripada secara samar-samar menentukan pilihannya di kotak suara. Adakah orang yang lebih suka agar pemerintah menentukan mobil apa yang harus ia beli dari pada memilihnya sendiri?

Ini adalah saat sangat penting bagi orang untuk menyadari bahwa kebebasan yang mereka inginkan untuk dirinya sendiri juga harus diberikan kepada orang lain. Bahwa kebebasan mereka tidak akan berlangsung lama apabila orang lain tidak menikmati kebebasan yang sama. Bahwa pada akhirnya mereka sendiri menjadi korban dari paksaan yang mereka - secara demokratis - kenakan kepada orang lain. Mereka akan jatuh ke dalam perangkapnya sendiri.

Sebuah pergerakan menuju pengurangan demokrasi dan lebih banyak kebebasan mungkin terlihat menakutkan bagi beberapa orang. Kita semua telah tumbuh menjadi dewasa di negara nasional demokratis dan telah begitu banyak dijejali ide-ide sosial demokratis. Kita telah diajarkan bahwa masyarakat kita adalah ‘yang terbaik dari apa yang bisa dibayangkan.’

Bagaimanapun, kenyataannya kurang begitu menarik. Inilah saatnya untuk menghadang kenyataan tersebut. Pemerintah bukanlah Santa Klaus yang baik hati. Ia hanya ingin menguntungkan dirinya sendiri, monster yang selalu ingin ikut campur dan tidak pernah terpuaskan dan pada akhirnya akan mencekik kebebasan dan otonomi pengikutnya. Dan monster ini dipertahankan hidup oleh demokrasi: melalui pemikiran bahwa kehidupan setiap orang bisa diatur oleh kaum mayoritas.

Inilah waktunya untuk meninggalkan pikiran bahwa orang - dan dengan demikian negara - memiliki hak untuk mengatur. Pikiran bahwa kita hidup lebih baik bila pemerintah menentukan bagaimana kita harus hidup dan menentukan bagaimana membelanjakan uang kita daripada bila kita mengatur semuanya sendiri. Bahwa ideologi demokrasi satu-untuk-semua akan mendatangkan keselarasan dan kemakmuran. Bahwa kita memiliki keuntungan dari pemaksaan demokratis.

Inilah saatnya kita membebaskan diri kita dari jajahan mayoritas. Kita tidak akan kehilangan apapun selain rantai yang mengikat kita satu sama lain itu.